Jalan Penghubung Baru Mulai Beroperasi Infrastruktur Belum Siap
Jejaknesia.com - Sejak tanggal 6 September 2025, sebuah kabar menggembirakan datang bagi warga Kecamatan Karang Agung Ilir, Kabupaten Banyuasin. Jalan penghubung baru yang selama ini dinanti akhirnya mulai beroperasi, membuka akses menuju Tanjung Siapi-Api dan selanjutnya ke Kota Palembang. Namun, di balik kabar gembira itu, masih terselip kenyataan yang membuat alis berkerut: kondisi infrastruktur yang belum benar-benar siap.
![]() |
Sumber: Source jejaknesia.com |
Gambar: Pos ujung desa maju ria primer 11
Harapan Baru dari Ujung Desa
Jalan tembusan ini terletak di ujung Desa Maju Ria — tepatnya di wilayah Primer 11 Kecamatan Karang Agung Ilir, Kabupaten Banyuasin. Dari sinilah perjalanan dimulai, menembus jalur darat sejauh 4 kilometer menuju dermaga penyebrangan. Kondisi jalan di rute ini, sayangnya, masih jauh dari layak. Permukaan yang tidak rata, genangan air, dan lumpur menjadi tantangan harian bagi pengguna, terutama saat musim hujan tiba.
![]() |
Sumber: Source jejaknesia.com |
Meski demikian, semangat warga untuk mencoba akses baru ini tak surut. Bagi sebagian masyarakat, jalan ini adalah simbol perubahan—sebuah jalur yang diharapkan mampu memangkas waktu tempuh dan membuka peluang ekonomi baru di daerah pesisir.
Rute Baru: Menyusuri Jalur Darat dan Air
Rute jalan tembusan ini cukup unik. Dari Ujung Desa Maju Ria, pengendara menempuh jalur darat sepanjang 4 km hingga tiba di dermaga speed boat, Jika menggunakan sepeda motor, waktu tempuh dari ujung Desa Maju Riya ke dermaga sekitar 8-10 menit.
![]() |
Sumber: Google Maps |
Titik koordinat dermaga saat ini: -2.315092, 104.757597
![]() |
Sumber: Source jejaknesia.com |
Gambar: Ujung Desa Maju Ria primer 11
Perjalanan berlanjut melewati jalur air menuju Dermaga Pos Nelayan Tanjung Siapi-Api. Bila ditarik lurus, jarak tersebut tampak dekat hanya sejauh 8 km, namun rute air harus mengikuti lekuk Pulau Tikus yang membuat perjalanan sedikit berbelok-belok, waktu tempuh sekitar 10-15 menit.
Setibanya di Dermaga Pos Nelayan, perjalanan darat kembali dilanjutkan menuju Jembatan PU yang berjarak sekitar 28,6 km. Jika menggunakan sepeda motor, waktu tempuh dari dermaga ke jembatan diperkirakan sekitar 33 menit. Kombinasi jalur darat dan air ini menghadirkan pengalaman yang menarik sekaligus menantang bagi para pengguna baru.
![]() |
Sumber: Source jejaknesia.com |
Titik koordinat dermaga Dermaga Pos Nelayan: -2.362033, 104.819407
Tarif Penyeberangan dan Pengelola Lokal
Seiring beroperasinya jalur ini, para pengelola lokal mulai menetapkan biaya penyeberangan. Berdasarkan pantauan pada 7 Oktober 2025, tarif untuk satu unit motor mencapai Rp100.000, sementara untuk penumpang dikenakan biaya sebesar Rp30.000 per orang. Meski begitu, biaya ini masih bersifat dinamis dan dapat berubah sewaktu-waktu tergantung kebijakan pengelola.
Adapun beberapa pengelola speed boat yang beroperasi di jalur penyebrangan ini antara lain:
- Bapak H. Sukri
- Bapak Landi
- Bapak Eeng
- Bapak Icung
Kehadiran mereka menjadi ujung tombak konektivitas antara daratan Karang Agung Ilir dengan wilayah pesisir Tanjung Siapi-Api. Di tangan mereka, harapan masyarakat untuk mobilitas lebih cepat kini mulai terwujud, meski dengan segala keterbatasan infrastruktur yang ada.
Infrastruktur Belum Siap: Antara Harapan dan Realita
Bagi sebagian warga, kondisi jalan darat menuju dermaga masih menjadi keluhan utama. Permukaan yang tidak rata, genangan air, dan lumpur menjadi tantangan harian bagi pengguna, terutama saat musim hujan tiba. Di beberapa titik, bahkan membuat pengendara harus berhenti dan menuntun motor mereka.
![]() |
Sumber: Google Maps |
Meski jarak darat hanya 4 km, jalur tersebut belum langsung terhubung dengan laut. Karena itu, dermaga dibangun di sisi dalam, bukan di tepi laut/sungai terbuka. Akibatnya, aktivitas keluar-masuk speed boat sangat bergantung pada kondisi air.
Saat air surut, speed boat tidak bisa keluar atau masuk ke dermaga. Dari dermaga menuju sungai utama terdapat sungai kecil sepanjang 640 meter yang sangat terpengaruh pasang surut air. Biasanya, air mulai pasang antara pukul 13.00 hingga 14.00 WIB. Pada jam-jam inilah aktivitas penyebrangan baru bisa dimulai secara optimal.
Bagi masyarakat yang terburu waktu, hal ini tentu menjadi hambatan serius. Mereka harus menunggu air pasang agar speed boat dapat beroperasi. Dalam kondisi ekstrem, terkadang penyebrangan tertunda hingga sore hari.
![]() |
Sumber: Source jejaknesia.com |
Gambar: Kondisi air surut
Namun, di sisi lain, masyarakat tetap bersyukur karena jalur ini membuka akses ekonomi baru. Banyak warga desa yang sebelumnya harus menempuh rute panjang melalui jalur darat ke Palembang kini bisa mempersingkat waktu tempuh dengan kombinasi darat-air ini.
Potensi Ekonomi dan Konektivitas
Pembukaan jalan tembusan ini sejatinya menjadi momentum penting bagi pertumbuhan ekonomi lokal. Dengan terhubungnya Karang Agung Ilir ke kawasan pesisir Tanjung Siapi-Api, distribusi hasil pertanian dan perikanan berpotensi lebih efisien. Jalur ini juga membuka peluang wisata perairan lokal yang dapat menarik minat wisatawan dari Palembang atau daerah sekitarnya.
Meski begitu, tanpa perbaikan infrastruktur yang memadai, potensi besar ini bisa terhambat. Kondisi jalan yang rusak dan akses dermaga yang belum tertata berpotensi menghambat arus logistik dan mengurangi kenyamanan perjalanan.
Suara Warga dan Tantangan di Lapangan
Warga setempat menuturkan bahwa perbaikan jalan menjadi prioritas yang sangat diharapkan. “Kalau jalannya bagus, orang pasti ramai lewat sini,” ujar salah satu pengendara yang tengah melintas. Banyak pengguna berharap pemerintah daerah maupun pihak terkait turun tangan memperbaiki infrastruktur sebelum musim hujan tiba.
Selain itu, pengelolaan biaya penyeberangan juga menjadi perhatian. Dengan tarif Rp100.000 per motor, beberapa warga menganggap biaya ini masih cukup tinggi bagi masyarakat kecil yang bergantung pada jalur ini untuk aktivitas harian.
Sebagai pengamat, saya melihat bahwa pembukaan jalan tembusan ini adalah langkah strategis yang patut diapresiasi. Jalur ini bukan hanya soal mobilitas, tetapi juga membuka babak baru bagi perekonomian lokal dan konektivitas antarwilayah di Banyuasin.
Namun, langkah ini masih memerlukan pendekatan yang lebih terstruktur. Pemerintah daerah perlu memastikan bahwa pembangunan infrastruktur tidak berhenti di tahap pembukaan jalan saja. Diperlukan evaluasi berkala terhadap kondisi jalan, kualitas dermaga, serta mekanisme pengawasan biaya penyeberangan agar tetap terjangkau bagi masyarakat.
Jika dikelola dengan baik, jalur ini bisa menjadi model konektivitas hybrid darat-air yang sukses di Sumatera Selatan. Tetapi jika dibiarkan apa adanya, risiko kemunduran dan keluhan publik bisa meningkat seiring berjalannya waktu.
Pembukaan jalan baru selalu menjadi kisah tentang harapan, perjuangan, dan adaptasi. Masyarakat Karang Agung Ilir kini sedang menjalani babak itu. Di balik jalan berlumpur dan tarif penyeberangan yang dinamis, tersimpan semangat besar untuk maju — karena bagi mereka, setiap meter jalan yang terbuka adalah peluang menuju masa depan yang lebih baik.
Referensi
- Wawancara lapangan dengan pengelola lokal (Bpk Eeng, Bpk Icunk) - 6 Oktober 2025
- Data google maps Kecamatan Karang Agung Ilir
- Observasi lapangan dan catatan warga Desa Maju Ria - Primer 11
Posting Komentar