Surat Terbuka Menggetarkan Hati untuk Pak Presiden Prabowo
![]() |
Sumber: Source jejaknesia.com |
Mengapa Keadilan Hanya Bisa Hidup dengan Ketegasan?
Ketika satu rakyat tersakiti karena perilaku tak adil dari oknum penguasa—baik itu aparat polisi atau birokrasi—rasa sakit itu tidak hanya memancar ke individu saja, tetapi merembet ke seluruh lapisan rakyat. Ketika keadilan hilang, amarah rakyat pun menyala. Demonstrasi spontan bisa meletus, fasilitas umum dirusak, dan aset negara—yang seharusnya menjadi milik bersama—hancur lebur. Total kerugian ekonomi dan moral bisa mencapai triliunan rupiah. Ini bukan sekadar dugaan kosong: ini realita dari luka yang kita rasakan bersama.
Ketika Batu, Naskah, dan Arsip Bicara tentang Keadilan
Dari lontar kuno hingga prasasti batu, sejarah bangsa kita mencatat satu hal abadi: penguasa yang mengabaikan rakyat akan menciptakan jurang amarah yang tak bisa dijembatani.
Prasasti Telaga Batu
Prasasti Srivijaya abad ke-7 ini ditemukan di Palembang dan kini disimpan di Museum Nasional Indonesia sebagai artefak hidup yang mengingatkan kita bahwa kekuasaan hanya akan bertahan jika menyerap aspirasi rakyat, bukan menindasnya.
Prasasti Sitopayan I
Ditulis dalam Old Malay dan Old Batak, prasasti ini menulis tentang masyarakat yang berkolaborasi mendirikan rumah suci—sebuah simbol bahwa tanpa keselarasan antara rakyat dan penguasa, keberlangsungan negeri ini bisa terancam.
Arsip Nasional RI (ANRI): Naskah Proklamasi dan Supersemar
Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) menyimpan dokumen-dokumen paling penting dalam sejarah bangsa. Salah satunya adalah Naskah Proklamasi Kemerdekaan karya Bung Karno yang menjadi dasar berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dokumen ini bukan hanya kertas, tetapi simbol bahwa suara rakyat harus didengar dan dihormati.
ANRI juga menyimpan Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret 1966), sebuah dokumen kontroversial yang hingga kini masih menjadi bahan perdebatan para sejarawan. Keberadaan arsip ini menunjukkan betapa besar dampak satu dokumen pemerintah terhadap arah perjalanan bangsa. Bayangkan, jika sebuah surat bisa mengubah jalannya sejarah, maka kebijakan Presiden hari ini pun bisa mengubah nasib jutaan rakyat.
Oleh karena itu, belajar dari arsip-arsip ini, kita melihat bahwa tindakan tegas seorang pemimpin—apakah dalam bentuk teks proklamasi atau keputusan pemecatan oknum nakal—akan meninggalkan jejak sejarah yang menentukan. ANRI mengingatkan kita bahwa negara berdiri karena rakyat percaya pada keadilan, dan akan runtuh jika kepercayaan itu dikhianati.
Langkah Tegas Bapak, Harapan bagi Rakyat
Bapak Presiden, Kami mohon dengan sangat agar setiap oknum dalam pemerintahan atau oknum aparat yang menyakiti rakyat diberhentikan dengan tegas dan adil. Jangan biarkan provokasi sekecil apa pun menjadi bara yang bisa membakar rasa persatuan. Langkah tegas seperti ini bukan hanya soal moral, tetapi juga soal menjaga integritas bangsa dan kepercayaan rakyat.
Jika langkah itu benar-benar hadir dari tangan Bapak Presiden, kami percaya negeri ini akan kembali bernafas lega, rakyat akan merasa dipeluk, bukan diabaikan, jalan-jalan dan fasilitas bangsa tetap berdiri kokoh, karena amarah tidak lagi menemukan tempatnya, ekonomi akan bersemi dalam kedamaian, sebab keadilan adalah pupuk terbaik bagi pertumbuhan bangsa.
Dengan mengakhiri surat ini, kami hendak menyampaikan harapan besar: kebijakan yang menggugah, langkah yang tegas, dan teladan yang abadi. Sebab hanya dengan hati yang adil dan kebijakan yang bijak, bangsa ini bisa melangkah mantap menuju kejayaan.
Terima kasih atas perhatian Bapak Presiden. Semoga dengungan suara rakyat ini sampai ke telinga terhormat, dan menghadirkan perubahan fundamental demi masa depan Indonesia yang bersinar.
#SuaraKami #RakyatIndonesia
Posting Komentar